ARTI PERSAHABATAN
Rana adalah seorang cewek yang baik hati dan suka
membantu. Walaupun ia anak seorang yang kaya raya, namun ia tidak malu bergaul
dengan anak orang miskin. Maka dari itu,ia mempunyai banyak teman. Salah
satunya adalah Nina dan Riko. Mereka menjalin persahabatan sejak kelas 6 SD
sampai sekarang. Sekarang mereka duduk di kelas XI di salah satu SMA di kota
mereka. Mereka terkenal disekolahnya,
karena kekompakan mereka dalam melakukan sesuatu.
Pada suatu hari, mereka mewakili sekolah untuk
mengikuti bakti social, yang diadakan oleh sebuah organisasi. Banyak sekali siswa dari SMA lain yag juga mengikuti
acara ini. “wow.. lihat tuh.”kata Nina. “apaan?” Tanya Febri. “banyak cowok
ganteng.” Katanya, sambil memperhatikan salah satu cowok yang sedang duduk di
bawah pohon. “yang mana?” kata Rana. “yang itu tuh, yang lagi mainin hapenya.”
“seketika Rana terkejut dalam hatiinya ia berbicara “lho! Itukan Febri?”
“ooo…”kata Rana kemudian. “sudah, jangan ngobrol terus, acaranya akan dimulai
tuh.” Kata Riko sambil menarik tangan Rana dan Nina.
“assalmu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.” Salam panitia Baksos. “waalaikum salam warohmatullohi wabarokatuh.” Jawab peserta serentak. “selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengadakan bakti social di desa Mukaman, untuk itu, agar tidak ada keributan, kita akan membagai kalian semua menjadi beberapa kelompok.” “kok dikelompokin?” Tanya Riko. “ya kan biar mudah Rik.” Kata Rana. “SMA X dengan SMA A di bagian membagikan bahan makanan,SMP………………….. jelas semuanya?” “jelas.” Rana berkata lirih. “aku bersama Febri? Waduh gawat nih…” Rana dan Febri sudah berteman dekat. Febri adalah anak dari teman ayahnya. Dulu waktu Rana masih kelas VIII SMP dia pernah menembak Rana. Namun, Rana menolaknya, waktu itu Rana bilang kepada Febri, kalau lebih baik mereka bersahabat daripada berpacaran.
“assalmu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.” Salam panitia Baksos. “waalaikum salam warohmatullohi wabarokatuh.” Jawab peserta serentak. “selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengadakan bakti social di desa Mukaman, untuk itu, agar tidak ada keributan, kita akan membagai kalian semua menjadi beberapa kelompok.” “kok dikelompokin?” Tanya Riko. “ya kan biar mudah Rik.” Kata Rana. “SMA X dengan SMA A di bagian membagikan bahan makanan,SMP………………….. jelas semuanya?” “jelas.” Rana berkata lirih. “aku bersama Febri? Waduh gawat nih…” Rana dan Febri sudah berteman dekat. Febri adalah anak dari teman ayahnya. Dulu waktu Rana masih kelas VIII SMP dia pernah menembak Rana. Namun, Rana menolaknya, waktu itu Rana bilang kepada Febri, kalau lebih baik mereka bersahabat daripada berpacaran.
Acarapun dimulai. Masing-Masing kelompok,
menyesuaikan tempat mereka masing-masing. “Rana, ternyata dia satu kelompok
dengan kita?” kata Nina. “siapa?” kata Rana pura-pura tidak tahu. “yang aku
tunjuk tadi.” “ooo…” “HI..” sapa Febri. “HI.” Jawab Riko. “kenalin aku Febri,
dan ini Naila dan Bobi.” “gue Riko dan ini Rana dan Nina.” Jawab Riko. “hai…
Nina.” Kata Nina sambil bersalaman dengan Febri. Ranapun sama. Ia bersalaman
dengan febri. “Rana?” kata Febri. “kalian kenal?” tanya Nina Penasaran. Belum
sempat Febri menjawab, panitia memanggil para peserta. “ayo semuanya segera
menuju ke lokasi. “sekarang kita bagi tugas. Aku dan Naila ke pos 1, Nina dan
Bobi ke pos 2, sedangkan Rana dan Febri ke pos 3.” “OK. Berangkat.” Kata Nina.
“untung saja.” Kata Rana. “untung kenapa?” Tanya Riko. “gak papa kok.” Jawab
Rana. setelah beriskusi,mereka menuju
pos masing-masing. Dalam perjalanan ke pos 3, Rana sempat mengobrol dengan
Febri. “gimana kabarmu sekarang?” Tanya Rana. “Alhamdulillah baik. Kalau kamu
sendiri?” “ya beginilah, sama seperti yang dulu.” Jawab Febri. “ah… enggak tuh.
Menurutku kamu sekarang lebih dewasa dan ya…. Cukup keren.”kataku. “kamu suka
ya sama aku?” katanya. “apaan sich ya enggaklah. Kan aku cumin ngomong apa
adanya.” “ya.. kali aja. Kamu suka sama aku dan menerima aku.” “maksudmu?”
“aduh… yang dulu tuh? Masa kamu lupa?” “kan aku sudah bilang, kalau kita jodoh,
pasti kita akan di persatukan. Dan aku sudah menganggapmu sebagai sahabat aku
sendiri. Eh.. udah dech ngobrolnya, yuk kita bagikan.” “yuk.”
Malam
harinya, Febri menelpon Rana. “menurutku, kamu juga berubah.” Kata Febri
“berubah apanya?” “kamu sekarang tinggi, terus
cantik.” “eh..aku mau ngomong sama kamu. Ini penting banget.” “ngomong
apa?” “selama ini Nina belum tahu kalau aku berteman dekat dengan kamu. Dan
Nina itu suka sama kamu, dan aku gak mau kalau dia sampai tahu soal ini.”
“terus?” katanya “terus, aku mau selama kita berkumpul, kita berpura-pura
berteman seperti biasa.” “maksudnya?” “maksudnya, kita gak usah sok akrab kayak
gini.” “tapi…” “Please… aku gak mau persahabatan kita hancur gara-gara ini.
Kamu mau kan?” “emm… Ok lah. Ya udah selamat malam.” Jawabnya dengan nada sedih. “ selamat malam.”
Dua
bulan kemudian. Nina sudah sangat akrab dengan Febri, sedangkan Riko masih sama
seperti dulu.
hari minggu ini, Nina dan Riko datang kerumah, untuk belajar bersama. Iseng-iseng, Nina membuka Hp Rana, tanpa sepengetahuan Rana. tiba-tiba, Nina pamit pulang dengan wajah marah, dan murung. “aku pulang dulu.” Kata Nina. “lho. Kok pulang? Kan belum belajar?” kata Riko. “ ada urusan mendadak. Salam buat Rana.” katanya sambil berlari keluar halaman rumah Rana. “lho. Nina kemana tuh? Kok keburu-buru gitu?” Tanya Rana. “katanya ada urusan mendadak.”
hari minggu ini, Nina dan Riko datang kerumah, untuk belajar bersama. Iseng-iseng, Nina membuka Hp Rana, tanpa sepengetahuan Rana. tiba-tiba, Nina pamit pulang dengan wajah marah, dan murung. “aku pulang dulu.” Kata Nina. “lho. Kok pulang? Kan belum belajar?” kata Riko. “ ada urusan mendadak. Salam buat Rana.” katanya sambil berlari keluar halaman rumah Rana. “lho. Nina kemana tuh? Kok keburu-buru gitu?” Tanya Rana. “katanya ada urusan mendadak.”
Tiga
hari berturut-turut, Rana dan Nina tidak ada komunikasi sama sekali. Rana heran
pada tingkah laku Nina saat ini. Nina selalu menghindar ketika bertemu dengan
Rana. “Nina kamu kenapa sich? Beberapa hari ini kamu selalu menghindar dari
aku? Aku punya salah sama kamu? Bilang dong?” “ cari tahu aja sendiri. Apa yang
membuatku bersifat seperti ini padamu.” Katanya sambil ngeloyor pergi. “tuh
anak kenapa sich?” Tanya Riko. “gak tahu. Rik, apa aku membuat kecewa dia?”
Tanya Rana. “gak tahu.” “memangnya, kemaren kenapa sich dia langsung pergi?” “aku gak tahu. Yang pasti
setelah melihat Hp kamu, dia terus pamit pulang gitu.” “ngeliat Hpku? Memangnya
ada apa dengan Hp ku?” kata Rana. “I don’t now.” Rana memikirkan kata-kata Riko
sampai malam hari, ia tidak konsen belajar. “aduh… apa coba yang ada di Hp ku
ini?” kata Rana sambil memegang Hpnya itu. Saat itu ada pesan masuk dari Febri.
Yang isinya kata-kata bijak. “ya Allah… gue baru ingat. Jadi, gara-gara aku sms
ini sama Febri, Nana jadi marah padaku.” Kata Rana sambil mengelus keningnya.
Kemudian, dia mengirim pesan kepada Riko.
Pagi
harinya, di sekolah Rana mencari Nina, untuk menjelaskan semuanya.
“nina, tunggu dulu Nin.” Kata Rana. “ngapain sich?” “aku sudah tahu apa yang kamu maksud kemaren.” Kata Rana sambil menundukkan kepalanya. “ya baguslah kalau begitu.” Katanya sinis. “Nina, aku bias jelasin. Ok, itu memang benar kalau Febri menembakku. Tapi, aku gak menerimanya. Aku sudah menganggapnya…”
belum sempat di berkata Nina menyerebotnya “menganggap apa tunanganmu?” “Nina! Bukan begitu, aku sudah menganggapnya sebagai sahabat aku sendiri. Memang ayahku berteman dengan ayah Febri. Namun, itu belum tentu aku bertunangan dengan Febri.” “itu bisa terjadi Rana.” “aku gak tahu apa yang ada di pikiran kamu sekarang. Sekarang kamu sudah berubah. Bukan sifat Nina yang dulu. Dan aku hanya mau bilang kalau aku gak akan menghancurkan persahabatan kita karena hal seperti ini, dan aku gak pernah sekalipun berkhianat kepada teman aku sendiri.” Kata Rana dan beranjak pergi meninggalkan Nina yang hanya diam terpaku. “gimana Ran? Berhasil?” Tanya Riko. “kayaknya enggak dech.” “gini aja dech kita diemin dia aja sampai dia sadar kalau kamu itu tidak salah.” “sampai kapan?” “ya sampai dia sadarlah.”
“nina, tunggu dulu Nin.” Kata Rana. “ngapain sich?” “aku sudah tahu apa yang kamu maksud kemaren.” Kata Rana sambil menundukkan kepalanya. “ya baguslah kalau begitu.” Katanya sinis. “Nina, aku bias jelasin. Ok, itu memang benar kalau Febri menembakku. Tapi, aku gak menerimanya. Aku sudah menganggapnya…”
belum sempat di berkata Nina menyerebotnya “menganggap apa tunanganmu?” “Nina! Bukan begitu, aku sudah menganggapnya sebagai sahabat aku sendiri. Memang ayahku berteman dengan ayah Febri. Namun, itu belum tentu aku bertunangan dengan Febri.” “itu bisa terjadi Rana.” “aku gak tahu apa yang ada di pikiran kamu sekarang. Sekarang kamu sudah berubah. Bukan sifat Nina yang dulu. Dan aku hanya mau bilang kalau aku gak akan menghancurkan persahabatan kita karena hal seperti ini, dan aku gak pernah sekalipun berkhianat kepada teman aku sendiri.” Kata Rana dan beranjak pergi meninggalkan Nina yang hanya diam terpaku. “gimana Ran? Berhasil?” Tanya Riko. “kayaknya enggak dech.” “gini aja dech kita diemin dia aja sampai dia sadar kalau kamu itu tidak salah.” “sampai kapan?” “ya sampai dia sadarlah.”
2 minggu
telah berlalu. Tapi, Rana dan Nina masih belum bersatu. Hari ini, ada acara
makan malam bersama di rumah Rana dengan keluarga Febri. Saat itu juga, datang
Nina dan Riko. Setelah makan malam Nina, Febri,Riko dan Rana berada di taman .
sampai di taman, tiba-tiba Nina memeluk Rana. “Rana, maafin aku. Aku telah
meuduhmu enggak-enggak. Aku terlalu egois untuk ini. Maafin aku, aku
bener-bener minta maaf. Kamu memang benar,kalau sahabat itu lebih berharga dari
pacar, sahabat itu lebih berharga dari segalanya.” “ya Nin, dari dulu aku sudah
maafin kamu kok. Dan ingat oragtua juga lebih berharga dari sahabat.” “dan sekarang
aku sadar bahwa Febri itu sukanya sama kamu, bukan aku. Dan dia lebih pantes
dengan kamu.” Kata Nina. “kamu tuh apaan sich. Kita kan sahabat. Cuman Allah
yang nentuin.” “iya kita kan sahabat, gak lebih.” Tambah Febri."kalau kalian tunangan juga gak papa. gue dukung banget kalian cocok kok."kata Nina tiba-tiba" “gitu dong, kan
asyik. Gak ada yang musuhan lagi, gak ada yang bertengkar lagi.” Kata Riko.
Merekapun
bahagia. Dengan bersahabat mereka dapat menjalin tali persaudaraan dengan baik.
Sahabat adalah segalanya. Sahabat dapat mengerti keadaan dan kondisi kita.
Sahabat yang baik adalah sahabat yang
mau menghargai kita. Dan persahabatan yang sejati adalah persahabat yang
anggotanya saling menyayangi, saling mengasihi. Carilah sahabat yang sama
dengan pilihan kamu, karena terkadang, banyak teman atau orang yang
memanfaatkan persahabatan hanya untuk hal-hal tertentu
THE
END
Nama : Priharesa Septin Anggun Pratama
Sekolah : SMP N 1 Jetis
TTL : Ponorogo, 11 September 1997
Alamat : Sriti,Sawoo,Ponorogo
Sekolah : SMP N 1 Jetis
TTL : Ponorogo, 11 September 1997
Alamat : Sriti,Sawoo,Ponorogo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar